Blogger Widgets Dari : Situs Alfi
Powered By Blogger

Jumat, 18 Juli 2014

Cerita akhir kuliahhh

Ya ampunnnn Sidang KTI tgl 11 Juli 2014 kemarin bkin degdegan bangetttt,......
skarang tgl 19 juli ini KTI ku udah FIX MAXIMAL ,...
CUzzzzzzzz Nyari Kerjaaaa semangattttttt

ini KTI Kebanggaan :)

                                                                            

KARYA TULIS ILMIAH

PENGARUH PERBANDINGAN PENGENCERAN GIEMSA
5%, 10%, DAN 20% TERHADAP GAMBARAN
MORFOLOGI LEUKOSIT PADA
 PEMERIKSAAN HAPUSAN
 DARAH TEPI

logo stikes


Oleh :
IDA AYU PUTU SHARMA LARAS SHANTI
NIM : 11.131.0309












SEKOLAH TINGGI KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI
PROGRAM STUDI ANALIS KESEHATAN D3
2014


                                                                        







                                                                              BAB 1
                                                                   PENDAHULUAN


1.1              Latar Belakang
Darah adalah jaringan cair yang terdiri atas dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume darah secara keseluruhan adalah satu per dua belas berat badan atau kira-kira lima liter. Sekitar 55% adalah plasma darah, sedangkan 45%  terdiri dari sel darah. Sisanya diisi oleh sejumlah bahan organic, yaitu : glukosa, lemak, urea, asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asam amino. Plasma juga berisi : gas oksigen dan karbondioksida, hormon – hormon, enzym, dan antigen (Pearce, 2006).
Pemeriksaan hematologi meliputi pemeriksaan darah rutin dan pemeriksaan darah khusus. Pemeriksaan darah rutin yang dilakukan meliputi : Pemeriksaan darah lengkap yaitu haemoglobin (Hb), Laju Endap Darah (LED), hitung jumlah leukosit, hitung jenis leukosit, dan koreksi Hb dengan hitung jumlah eritrosit. Pemeriksaan darah khusus : hematokrit, retikulosit, eosinofil, evaluasi hapusan; faal hemostatik (trombosit, PPT, APPT, dll) serta pemeriksaan daya tahan osmotik (Depkes RI, 2007).
Sediaan hapusan darah tepi adalah cara yang digunakan untuk evaluasi morfologi dari sel darah leukosit misalnya mengevaluasi ukuran atau bentuk sel darah leukosit pemeriksaan di laboratorium.
Prinsip pemeriksaan hapusan darah tepi ini adalah dengan meneteskan darah lalu dipaparkan di atas objek glass, kemudian dilakukan pengecatan dan diperiksa dibawah mikroskop.
Kegunaan pemeriksaan hapusan darah tepi untuk Hapusan darah yang bagus tidak boleh terdapat garis yang melewati atau berada di bawah hapusan, ujung hapusan harus halus dan rata tidak kasar (bergerigi) dan bergaris – garis, hapusan tidak boleh terlalu tebal dan hapusan tidak boleh tampak berlubang (hapusan bisa tampak berlubang  karena kaca obyek yang dipakai berminyak). Hapusan darah harus dibuat sebagus mungkin. Bila memakai hapusan darah yang jelek, hasil pemeriksaan fraksi jumlah jenis lekosit akan keliru dan anda tidak mungkin bisa melaporkan morfologi eritrosit.
     Morfologi leukosit yaitu sel bulat berinti dengan sitoplasma yang granuler. Karena leukosit berinti, sangat mudah membedakannya dengan eritrosit pada pemeriksaan mikroskopik. Berdasarkan ukuran inti, bentuk inti, warna granula dalam sitoplasma dan factor lainnya,dikenal lima jenis leukosit (neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan monosit). Pada pulasan Romanowsky, kelima jenis sel ini dapat diidentifikasi (Chairlan dan Estu, 2003).
      Sel netrofil paling banyak dijumpai. Sel golongan ini mewarnai dirinya dengan pewarna netral, atau campuran pewarna asam basa dan tampak berwarna ungu. Sel eosinofil sel golongan ini hanya sedikit di jumpai. Sel ini menyerap pewarna yang bersifat asam (eosin) dan kelihatan merah. Sel basofil menyerap pewarna basa dan menjadi biru. Limfosit sel ini dibentuk didalam kelenjar limfe dan dalam sumsum tulang .
Monosit memiliki morfologi berubah dalam darah perifer, tetapi berinti satu (mononuclear) dan memiliki sitoplasma keabuan dengan vakuola dan granul berukuran kecil (Pearce, 2006).
                     Pewarnaan Giemsa adalah pulasan yang terdiri dari eosin, metilin azur dan metilen blue berguna untuk mewarnai sel darah dan melakukan fiksasi sendiri dengan metil alkohol. Kualitas Giemsa mempengaruhi hasil pewarnaan pada sediaan hapusan darah. Kualitas Giemsa dikatakan baik apabila Giemsa dibuat baru dan dikatakan kurang baik apabila Giemsa yang sudah disimpan lebih dari 1 hari (Gandasoebrata, 2007).
Menurut Depkes RI (2007), pembuatan Giemsa dapat dilakukan dengan berbagai konsentrasi pengenceran, ada 3 teknik pengenceran Giemsa diantaranya :
1.      Pembuatan larutan Giemsa 5% (1:20), 1 bagian Giemsa + 19 bagian Buffer. Lakukan pewarnaan dengan larutan Giemsa 5% selama 30 – 45 menit.
2.      Pembuatan larutan Giemsa 10% (1:10), 1 bagian Giemsa + 9 bagian Buffer. Lakukan pewarnaan dengan larutan Giemsa 10% selama 20 – 25 menit. 
3.      Pembuatan larutan Giemsa 20% (1: 5), 1 bagian Giemsa dan 4 bagian Buffer. Lakukan pewarnaan dengan larutan Giemsa 20% selama 10–15 menit
Menurut penelitian Malaya Adianto (2013), pengenceran Giemsa idealnya mempunyai pH 6,0 agar tidak berpengaruh pada pewarnaan morfologi sel darah. Terlalu asam atau basa akan bisa menimbulkan masalah, untuk itu diperlukan larutan penyangga atau buffer supaya asam basanya seimbang.
 Fungsi larutan buffer adalah menjadi zat yang mempertahankan keadaan pH saat sejumlah kecil basa atau asam dimasukkan ke dalam larutan. pH pengenceran yang rendah atau kurang dari 6,0 mengakibatkan  leukosit akan memperlihatkan bagian inti yang kurang jelas. Syarat pengenceran Giemsa dikatakan baik apabila baru diencerkan, langsung digunakan untuk mewarnai sediaan hapusan darah. Derajat keasaman pengenceran hendaknya berada pada pH 6,0 (Depkes RI, 2007).
Perubahan pH pada larutan pengenceran Giemsa berpengaruh pada sel – sel darah. Faktor yang menentukan mutu pewarnaan Giemsa antara lain kualitas Giemsa baik dan tidak tercemar air, pengenceran Giemsa dengan perbandingan tepat, waktu pewarnaan, ketebalan pewarnaan dan kebersihan sediaan.
            Pewarna Giemsa dengan pengenceran 10% sebagai pewarna yang umum digunakan agar sediaan terlihat lebih jelas. Zat ini tersedia dalam bentuk serbuk atau larutan yang disimpan di dalam botol yang gelap (Kurniawan, 2010).
Namun setiap rumah sakit mempunyai standar pengenceran Giemsa yang berbeda  untuk pemeriksaan hapusan darah tepi. Perbedaan ini memungkinkan komposisi pengenceran cat dapat mempengaruhi warna, ukuran, bentuk sel leukosit, dan kerataan cat pada hapusan darah tepi.
Warna, ukuran, bentuk inti sel leukosit dapat memberikan hasil yang berbeda sehingga terjadi perbedaan penilaian hapusan darah tepi dan mendirikan diagnosa penyakit. Sedangkan kualitas cat semakin baik maka akan memudahkan pembacaan preparat. Berdasarkan latar belakang diatas maka penelitian ini perlu untuk dilakukan.
1.2              Rumusan Masalah
      Apakah ada pengaruh perbandingan  pengenceran Giemsa 5%, 10%, dan 20% terhadap gambaran morfologi leukosit pada pemeriksaan hapusan darah tepi ?
1.3              Tujuan Penelitian
1.    Tujuan Umum
Untuk mengetahui hasil pemeriksaan pengaruh perbandingan pengenceran Giemsa 5%, 10% dan 20% terhadap gambaran morfologi leukosit pada pemeriksaan Hapusan darah tepi.
2. Tujuan Khusus
a.       Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh perbandingan  pengenceran Giemsa 5%, 10% dan 20% terhadap gambaran morfologi leukosit pada pemeriksaan hapusan darah tepi.
b.      Untuk menganalisis pengenceran Giemsa 5% terhadap gambaran morfologi leukosit pada pemeriksaan hapusan darah tepi.
c.       Untuk menganalisis pengenceran Giemsa 10% terhadap gambaran morfologi leukosit pada pemeriksaan hapusan darah tepi.
d.      Untuk menganalisis pengenceran Giemsa 20% terhadap gambaran morfologi leukosit pada pemeriksaan hapusan darah tepi.


1.4              Manfaat Penelitian
1.    Bagi Peneliti
     Dapat mengaplikasikan teori maupun praktikum yang diperoleh serta menambah wawasan dan pengetahuan peneliti khususnya di bidang Hematologi.
2.    Bagi Mahasiswa
     Untuk menambah kepustakaan dan bahan informasi khususnya dalam bidang hematologi, juga sebagai refrensi untuk mahasiswa yang akan mengadakan penelitian lebih lanjut.
3.    Bagi Institusi Kesehatan
                          Dapat berguna bagi tenaga kesehatan sebagai data untuk mengetahui standar pengenceran Giemsa yang baik digunakan untuk pemeriksaan hapusan darah tepi.

1.5 Hipotesis Penelitian
1.      Hipotesis nol (Ho) :
            Tidak ada pengaruh perbandingan pengenceran Giemsa 5%, 10%, dan 20% terhadap gambaran morfologi leukosit pada pemeriksaan hapusan darah tepi.
2.      Hipotesis alternative (Ha) :
Ada pengaruh perbandingan pengenceran Giemsa 5%, 10%, dan 20% terhadap gambaran morfologi leukosit pada pemeriksaan hapusan darah tepi.